Jumat, 25 Juli 2008

Suatu sudut di hati

Apa yang aku punya? Nothing!!!

Dini ga punya apa-apa

Dini ga punya daya

Dini ga bisa apa-apa

yang aku tak bisa, semua ada batasannya, semua ada jalannya, semua tak terbatas, semua hanya kehendakny, aku.. mereka.. tak ada yang tau..

berharap bukan segalannya, usaha bukan pula jawabannya, ketika berpasrah itu yang ku mampu, ketika tak ada kata-kata

ketika dalam khayal lu bayangkan adanya engkau yang selalu memandang, ketika dalam harap aku memohon pertolongan, ketika tak ada apapun untuk berpegang

Selasa, 22 Juli 2008

Hmm,, Hehe

Diluar, Pagi buta, sendirian.
Suara yang begitu menenangkan hati, alunan ayat-ayat yang membuai dari kemiskinan yang menjerat laki-laki itu tidak ia hiraukan lagi.
ia terus berjalan menyusuri pinggiran rel kereta api, seandainya istriku mempunyai suara yang lembut itu atau hati yang dapat menjeyukkan dan tenang seperti air, mungkin aku tidak akan merasa begitu menderita dan terhina.
matahari belum menampakkan diri, namun orang - orang di kota ini sudah mulai bergeliat mencari rezekinya masing-masing, ia teringat akan anaknya yang baru berusia 5 tahun itu merengek minta dibelikan peralatan unutk sekolah TK terbuka yang didirikan oleh ibu PKK.
"Jangan kan untuk membeli barang itu nak, unnutk makan kita saja ibu mu harus berhutang kepada tetangga" gerutu si bapak pada dirinya sendiri.

Teringat malam sebelum kepergiannya, ia pulang dengan tangan hampa dan wajah yang putus asa, sebelum sempat merebahkan tubuh, ia sudah disambut dengan rentetan cacian dari sang istri.

“Bang, mana kau dapat uang hari ini? Apa kau tak tahu, sudah malu aku meminta pada tetangga unutk meminjam barang segelas beras sekalipun.. kau dengar sindiran ibu-ibu?? Aku malu bang.. malu!!

Anak mu, lihat anak mu!! Dia sudah besar, ingin belajar, tidak mau menjadi seperti mu, pecundang!!

Kami ingin hidup yang layak, bnag.. mana tanggung jawab mu sebagai kepala keluarga??Mana??“

Pecahlah tangis sang istri..

Laki-laki hanya bisa menghela nafas panjang, maafkan abang,de..

Ia melangkahkan kaki menembus keheningan malam, tak diperdulikannya lagi cacing-cacing yang meronta di perut yang cekung itu.

Huh..betapa tak bergunannya hidupku ini, tidak bisa menghidupi orang yang paling kusayangi sekalipun..

Aku tidak perduli kalau aku menderita, aku tidak perduli betapa miskinnya kita, aku tidak perduli kalau aku orang terbuang, yang aku perdulikan hanya kalian, yang aku ingin hanya kalian, kalianlah yang terpenting, aku tidak perduli dengan semuannya, sabarlah de, mengertilah keadaan ku sekarang sayang, maafkan suami mu ini..suara hati si laki-laki itu.

Ya Allah aku pasrahkan Rezeki ku padaMu, agar kami dapat melanjutkan hidup ini..

Ratap lelaki itu di sebuah sudut pasar yang berharap ada yang membutuhkan tenagannya..

Ya Allah tetapkanlah Iman ku

Kuatkan lah pendirian ku

Jadikanlah aku seorang muslim yang baik